KISAH NYATA MENGHARUKAN

KISAH NYATA MENGHARUKAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgftxeKojSGamCDYY3jA7NgBZHspO0cDitq679QD5RP6fILa5h3GAkNFjmDRdQUs_yOW-wMzP0OwjeWgTmZhK0kazz_gTGP54glF6N0jdBFq4N4PvQNqgATu8U-tpdIkK8I6W2CERetgDM/s72-c/536075_347802581938229_100001254701441_995646_1360382552_n.jpg

KISAH NYATA MENGHARUKAN

#Wajib Membacanya# ][=-
Bismillahirrahmaanirrahiim
Ayah Menggendong Mayat
Anaknya Dari RSCM Ke Bogor
Karena Tak Mampu Bayar
Ambulan !!
Terjadi Di Jakarta !!!, Ayah
Menggendong Mayat Anaknya
Dari RSCM Ke Bogor Karena Tak
Mampu Bayar Ambulan !!
Penumpang kereta rel listrik (krl)
jurusan Jakarta – Bogor pun
geger Minggu (5/6). Sebab,
mereka tahu bahwa seorang
pemulung bernama Supriono (38
thn) tengah menggendong mayat
anak, khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si
kecil di kampung Kramat, Bogor
dengan menggunakan jasa krl.

Tapi di stasiun tebet, supriono
dipaksa turun dari kereta, lantas
dibawa ke kantor polisi karena
dicurigai si anak adalah korban
kejahatan. Tapi di kantor polisi,
Supriono mengatakan si anak
tewas karena penyakit muntaber.
Polisi belum langsung percaya
dan memaksa supriono
membawa jenazah itu ke RSCM
untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan
bahwa khaerunisa sudah empat
hari terserang muntaber. Dia
sudah membawa khaerunisa
untuk berobat ke puskesmas
kecamatan setiabudi. Saya hanya
sekali bawa khaerunisa ke
puskesmas, saya tidak punya
uang untuk membawanya lagi ke
puskesmas, meski biaya hanya rp
4.000,- saya hanya pemulung
kardus, gelas dan botol plastik
yang penghasilannya hanya rp
10.000,- per hari. Ujar bapak 2
anak yang mengaku tinggal di
kolong perlintasan rel ka di cikini
itu.
Supriono hanya bisa berharap
Khaerunisa sembuh dengan
sendirinya. Selama sakit
khaerunisa terkadang masih
mengikuti ayah dan kakaknya,
muriski saleh (6 thn), untuk
memulung kardus di manggarai
hingga salemba, meski hanya
terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan
penyakitnya, akhirnya khaerunisa
menghembuskan nafas
terakhirnya pada Minggu (5/6)
pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan
sang ayah, dengan terbaring di
dalam gerobak yang kotor itu, di
sela-sela kardus yang bau. Tak
ada siapa-siapa, kecuali sang
bapak dan kakaknya. Supriono
dan muriski termangu. Uang di
saku tinggal rp 6.000,- tak
mungkin cukup beli kain kafan
untuk membungkus mayat si kecil
dengan layak, apalagi sampai
harus menyewa ambulans.
Khaerunisa masih terbaring di
gerobak. Supriono mengajak
musriki berjalan menyorong
gerobak berisikan mayat itu dari
manggarai hingga ke stasiun
tebet, supriono berniat
menguburkan anaknya di
kampong pemulung di kramat,
bogor. Ia berharap di sana
mendapatkan bantuan dari
sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik,
gerobak mayat itu tiba di stasiun
tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung
kucel yang kemudian dipakai
membungkus jenazah si kecil.
Kepala mayat anak yang dicinta
itu dibiarkan terbuka, biar orang
tak tahu kalau khaerunisa sudah
menghadap sang khalik. Dengan
menggandeng si sulung yang
berusia 6 thn, Supriono
menggendong Khaerunisa
menuju stasiun. Ketika krl jurusan
bogor datang, tiba-tiba seorang
pedagang menghampiri supriono
dan menanyakan anaknya. Lalu
dijelaskan oleh Supriono bahwa
anaknya telah meninggal dan
akan dibawa ke Bogor spontan
penumpang krl yang mendengar
penjelasan supriono langsung
berkerumun dan supriono
langsung dibawa ke kantor polisi
Tebet. Polisi menyuruh agar
supriono membawa anaknya ke
RSCM dengan menumpang
ambulans hitam.
Supriono ngotot meminta agar
mayat anaknya bisa segera
dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di
tembok ketika menantikan surat
permintaan pulang dari RSCM.
Sambil memandangi mayat
khaerunisa yang terbujur kaku.
Hingga saat itu Muriski sang
kakak yang belum mengerti kalau
adiknya telah meninggal masih
terus bermain sambil sesekali
memegang tubuh adiknya. Pukul
16.00, akhirnya petugas RSCM
mengeluarkan surat tersebut, lagi-
lagi karena tidak punya uang
untuk menyewa ambulans,
Supriono harus berjalan kaki
menggendong mayat Khaerunisa
dengan kain sarung sambil
menggandeng tangan Muriski.
Beberapa warga yang iba
memberikan uang sekadarnya
untuk ongkos perjalanan ke
Bogor.
Para pedagang di RSCM juga
memberikan air minum kemasan
untuk bekal Supriono dan Muriski
di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis
menangis mendengar cerita ini
dan mengaku benar-benar
terpukul dengan peristiwa yang
sangat tragis tersebut karena
masyarakat dan aparat
pemerintah saat ini sudah tidak
lagi perduli terhadap sesama.
Peristiwa itu adalah dosa
masyarakat yang seharusnya kita
bertanggung jawab untuk
mengurus jenazah khaerunisa.
Jangan bilang keluarga supriono
tidak memiliki KTP atau KK atau
bahkan tempat tinggal dan alamat
tetap. Ini merupakan tamparan
untuk bangsa Indonesia, ujarnya.
Klik Bagikan agar semua orang
tau betapa besarnya cinta
seorang "AYAH".
____________________________________________________________
Jika menurut kalian, artikel ini
bermanfaat.
SilaHkan di-share untuk teman
Anda, sahabat Anda, keluarga
Anda, atau bahkan orang yang
tidak Anda kenal sekalipun.
semoga Anda juga mendapatkan
balasan pahala yang berlimpah
dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Aamiin Ya rabba

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MALKIST - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger